Jumat, 20 Juli 2012

maafkan..

maafkan..
maaf untuk semua rasa ini
masih sulit rasanya menjinakkan apa yang semestinya patuh padaku
sudah ribuan kali aku menyuruhnya untuk diam dan diam. tak perlu lagi menunggu  hal yang semu
kamu tak pernah tahu bagaimana sulitnya ini semua
sungguh hanya akan menjadi bumerang bagiku
cinta yang tak tertolong. tapi tetap merintih meminta uluran. walau uluran itu kadang tak benar-benar membantuku untuk berdiri tegak kembali. ketika mencoba untuk bangkit, kemudian tanpa daya jatuh tersungkur seperti keledai yang tak kuat lagi menanggung beban perjalanan selama berbulan-bulan menyusuri padang pasir.
kamu tak pernah tahu rasanya ini. cinta sendiri. berbulan-bulan seperti duri tertancap tepat di ulu hati.
sakit.


pernahkah kau dengar segala rintihan menyakitkan ini? aku sudah hampir lelah. tapi tak pernah benar-benar lelah. walau ingin sekali rasanya berganti hati dan menyandarkan kepala di pundak yang tepat. yang sudi menyediakan pundaknya untuk kutumpu. apa ini berlebihan?

mengapa semua ini terasa lucu. aku menunggumu sedangkan kamu seolah menunggu bayangan lain. sebab musabab kamu mundur teratur dari hidupku. apa ini semua adil untukku? aku tak tahu. terkadang cinta tak mau ambil pusing soal logika.

ketika kita bertemu kembali, memoriku berputar mundur. melacak kembali semua kebersamaan yang sempat kita rasakan. mencuri waktu demi menikmati waktu berdua. singgah ke tempat-tempat yang dulu pernah kita kunjungi. ah, apakah ini benar-benar sudah terlupakan, seperti yang kau katakan? atau hanya caramu untuk menjaga jarak denganku? entahlah.
yang pasti, ketika aku melihatmu lekat-lekat. tepat di wajahmu. hanya tersisa beberapa senti dari wajahku. aku seperti menemukan oase itu. menentramkan. pikiranku melayang pada rencana-rencana indah yang dulu pernah kurancang. sebelum kau meninggalkanku. tanpa permisi.

tak ada yang spesial. semuanya serba sederhana. tapi apakah kau pernah berpikir bahwa sudut pandang itu ajaib? segala hal yang terlihat biasa saja, bisa terlihat sempurna. itulah yang kupikirkan tentangmu. orang lain tak akan mengerti apa yang kurasakan. tak akan..


kamu seperti makanan bagiku. selalu dibutuhkan oleh otakku. bagaimana jika tidak? mungkin akan layu. seperti bunga yang tak dapat asupan air dan sinar matahari selama bertahun-tahun.
kamu seperti narkoba bagiku. membuatku ketagihan. walau aku menyadari bahayanya. tapi siapa peduli?
kamu seperti rumah bagiku. tempatku menemukan jalan pulang. walau pintu itu tak pernah benar-benar terbuka menyambutku...